Bukuku

Buku 1

'Saussure untuk Sastra: Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural'


Penulis:     Rh Widada
Pengantar:
Prof. Dr. Faruk

Kategori:    Esai Sastra
Penerbit:  
Jalasutra

Ukuran:     15 x 21 cm
ISBN:        978-602-8252-20-1

Selama lebih dari tiga dekade terakhir, terhitung sejak 1970-an ketika diperkenalkan oleh A. Teeuw, teori sastra struktural boleh dikatakan mendomninasi dunia akademik kita. Kendati buku-buku yang membahas teori dan metode struktural secara aplikatif sangat jarang ditemukan. Buku-buku teori sastra struktural yang pernah ada kebanyakan berupa pengantar atau tinjauan umum. Akibatnya, banyak mahasiswa sastra dan para pemula dalam dunia penelitian sastra yang menemui kesulitan ketika harus melakukan kajian ilmiah, terutama dalam menerapkan teori tersebut. Hal ini diperparah lagi dengan banyaknya ragam, variasi, dan tafsiran tentang strukturalisme. Dan, “pederitaan” itupun semakin lengkap ketika post-strukturalisme masuk ke Indonesia pada 1990-an dan “memberantakkan” bangunan pemikiran yang belum tertata rapi.

Buku 'Saussure untuk Sastra: Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural' ini merupakan sebuah upaya membangun titian metodis dalam kritik sasta (struktural) di tengah keruwetan teoritik semacam itu. Dengan mengambil inspirasi secara langsung dari teori linguistik Ferdinand de Saussure yang merupakan cikal bakal strukturalisme, metode kritik sastra yang ditawarkan buku ini diharapkan akan benar-benar memperlihatkan keistimeaan pemikiran struktural yang memang telah memberikan sumbangan besar dalam hal metode penafsiran kebudayaan.

***
____________________________________________________________

Buku 2


 
Bush dan Hitler:
Algojo Paling Mematikan di Abad Modern
Pengarang:  Rh. Widada
Penerbit :    Bentang Pustaka
Cetakan :    Pertama, Oktober 2007
Halaman :   vi + 154; 17,5 cm


Selama ini sudah banyak buku yang membahas tentang Bush maupun Hitler. Namun buku yang membandingkan keduanya atau buku yang membahas kedua tokoh itu dalam satu buku, mungkin baru buku yang dibuat oleh Rahmad (Rh.) Widada. Seorang penulis dan editor buku freelance.

Jika dicermati buku ini sesungguhnya terbagi dua bagian besar, yaitu pembahasan tentang Hitler di satu bagian pertama dan George W. Bush di bagian kedua. Barulah dipaparkan kesamaannya.

Pada bagian awal kita diajak penulis untuk masuk lebih dalam siapa kedua tokoh utama. Bagaimana Hitler menapaki karirnya hingga ia “sukses” memimpin Partai Nazi. Kita diajak mulai melihat kehidupan Hitler masa kanak-kanak, bermigrasi, masuk dinas ketentaraan, dipenjara hingga menulis buku Mein Kampf.

Termasuklah menyinggung tentang kebijakan rasial Hitler dan Holocaust.
Begitu pun dengan Bush. Penulis yang alumni Sastra Indonesia Fakultas Sastra UGM, juga membawa penulis untuk menyelidiki kehidupan Bush di masa lalu. Bahkan masih di saat kakek buyutnya memulai bisnis keluarga hingga pengaruh keluarga Bush terhadap Partai Nazi.

Tulisan awal tersebut semacam pembukaan yang akan menghantarkan pembaca untuk tahu lebih dalam kedua tokoh utama. Namun bagi sebagian orang yang sudah membaca buku-buku semacam biography Hitler atau Bush bagian ini mungkin menjemukan. Sebaliknya bagi yang belum pernah membaca biography keduanya, bagian ini adalah bagian cukup penting sebagai pintu masuk agar semua isi buku terserap habis. Setidaknya bisa mengingatkan kembali bacaan-bacaan silam. Dari semua itu bahasa penulis yang juga pernah berkarier sebagai penulis essay, cerpenis serta editor sangat renyah dan enak untuk dibaca.
Bagian sangat penting dari buku ini terletak pada bab 5; Pola-Pola Politik Megalomaniak. Bagian ini sesungguhnya klimaksnya dari bab-bab sebelumnya.

Mengutip sinopsis yang dibuat penerbit, personifikasi Hitler pada diri pemimpin yang tidak disukai Amerika selalu menarik untuk diperhatikan. Ketika pecah perang teluk, Saddam menjadi bulan-bulanan media yang menganggapnya Hitler versi timur tengah. Kemudian, cap Hitler pun sempat mampir pada Presidan Iran, Mahmoud Ahmadinejad, karena meragukan orisinalitas data tentang holocaust.

Ironisnya, dalam konteks invasi terhadap Irak, cap buruk Hitler itu justru berbalik kepada Bush Jr. sendiri, yang sebagian besar dilakukan oleh orang Amerika melalui internet. Gelagat menyamakan Bush dan Hitler ini mungkin bukan sekadar main-main jika penulis memiliki data akurat tentang setiap transaksi bisnis kotor yang pernah dijalankan keluarga Bush semasa pecah perang dunia II. Inilah buku yang mengupas tuntas kelihaian keluarga Bush memperalat orang-orang di sekitarnya untuk kemudian maju menjadi pemimpin sebuah bangsa digdaya bernama Amerika.


*Resensi oleh Stefanus Akim, Borneo Tribune 30 Desember 2007

Postingan populer dari blog ini

PLERED IBU KOTA MATARAM

Perempuan di Titik Koma

For Elisa